Rabu, 08 November 2023

WILAYAH JAKARTA MINIM BUDIDAYA PERIKANAN?

 

Menyebut Jakarta siapa yang tak kenal dengan wilayah tersebut, Ibukota Negara Indonesia yang mempunyai ikon / lambang berbentuk sebuah perisai bersegi lima. Dalam perisai terlukis sebiah pintu gerbang atau gapura. Kemudian di tengahnya terdapat gambar Momumen Nasional Indonesia yang di sisi kiri dan kanan dilingkari dengan padi dan kapas. Penduduk yang tinggal di DKI Jakarta juga terbilang banyak, menurut data BPS 2023 memproyeksikan jumlah penduduk DKI sebanyak 10.679.951 jiwa. Lalu apakah kepadatan penduduk ini berpengaruh pada semakin berkurangnya perkebunan, sawah, dan lahan pertanian? Jawabannya adalah iya, lahan yang awalnya dijadikan pertanian saat ini mayoritas sudah dirubah menjadi bangunan dan gedung bertingkat. Berkurangnya saluran drainase dan resapan air, membuat banyak wilayah Jakarta tergenang banjir ketika datangnya musim penghujan.

                Lokasi rumah di wilayah Jakarta saat ini juga sudah tidak banyak lagi yang mempunyai pekarangan luas. Minimnya lahan yang luas, sehingga menyulitkan mereka warga jakarta yang ingin bercocok tanam, dan membudidaya ikan tidak mempunyai lahan memadai. Mengutip data BPS, produksi PERIKANAN BUDIDAYA menurut provinsi dan jenis BUDIDAYA, tahun 2021. Wilayah jakarta hanya menyumbang 3 sektor BUDIDAYA PERIKANAN, pertama 35 Ton pada sektor jaring apung laut, kemudian kedua kolam air tenang banyak 1.733 Ton, dan yang terakhir ketiga 476 Ton pada tambak semi insentif. Berbeda dengan wilayah lainnya, yang hasil produksi PERIKANAN jauh lebih besar. Minimnya lahan di wilayah Jakarta merupakan salah satu faktor kecilnya jumlah produksi BUDIDAYA PERIKANAN. Pada tahun 2018 sebenarnya wilayah jakarta sudah mempunyai solusi untuk ikut bersaing dalam memproduksi BUDIDAYA PERIKANAN. Hal Ini terbukti dari adanya beberapa Instansi Pemenerintah, lebih tepatnya Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta yang ikut menyuarakan dan menggencarkan  BUDIDAYA PERIKANAN dengan menerapkan SISTEM BIOFLOK.

                Hal ini terbukti dari adanya para penyuluh yang memang datang ke lokasi PEMBUDIDAYA secara langsung untuk memberikan edukasi mengenai BUDIDAYA. Selain itu, adanya bantuan yang memang didatangkan langsung untuk membantu proses BUDIDAYA. SISTEM BIOFLOK dipilih karena sistem ini dapat memanfaatkan pekarangan rumah yang tidak luas menjadi kolam bundar, yang berukuran diameter 3, diameter 4, dan seterusnya. Bayangkan, pada kolam diameter 3 saja yang berukuran kurang lebih 7 m3, jika dalam 1 m3 ditebar 120-150 ekor benih. Hasil panen BUDIDAYA bisa mencapai 8-9 ton dari 1 kolam berukuran diameter 3. Kekurangan SISTEM BIOFLOK ini adalah kebutuhan oksigen / udara dalam kolam harus terpenuhi secara merata dan juga berkualitas. Mesin AERATOR yang menjadi pelaku utama dalam hal memasok kebutuhan oksigen / udara dalam kolam. Meminang AERATOR dan DIFFUSER FINE BUBBLE yang berkualitas, menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku BUDIDAYA PERIKANAN. Selain akan dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang, AERATOR dan DIFFUSER AERASI juga akan dioperasikan selama 24 jam nonstop. Sehingga memilihnya pun harus teliti, jangan sampai terkecoh dengan harga murah, namun tidak memiliki kualitas yang baik.

 

Untuk sekedar konsultasi dan bertanya ketersediaan stock, bisa langsung menghubungi salah satu nomor what’sApp kami.

Untuk info lebih lanjut, kunjungi link di bawah ini:

https://bumiwirasta.com/

Untuk pemesanan, bisa di link berikut ini:

https://www.tokopedia.com/bumiwirasta

Untuk kontak dan konsultasi lebih lanjut, hubungi nomor what's app di: 08161633702 / 081317243812




Tidak ada komentar:

Posting Komentar