Menyebut Jakarta siapa yang tak
kenal dengan wilayah tersebut, Ibukota Negara Indonesia yang mempunyai ikon / lambang
berbentuk sebuah perisai bersegi lima. Dalam perisai terlukis sebiah pintu
gerbang atau gapura. Kemudian di tengahnya terdapat gambar Momumen Nasional Indonesia
yang di sisi kiri dan kanan dilingkari dengan padi dan kapas. Penduduk yang
tinggal di DKI Jakarta juga terbilang banyak, menurut data BPS 2023
memproyeksikan jumlah penduduk DKI sebanyak 10.679.951 jiwa. Lalu apakah
kepadatan penduduk ini berpengaruh pada semakin berkurangnya perkebunan, sawah,
dan lahan pertanian? Jawabannya adalah iya, lahan yang awalnya dijadikan
pertanian saat ini mayoritas sudah dirubah menjadi bangunan dan gedung
bertingkat. Berkurangnya saluran drainase dan resapan air, membuat banyak
wilayah Jakarta tergenang banjir ketika datangnya musim penghujan.
Lokasi
rumah di wilayah Jakarta saat ini juga sudah tidak banyak lagi yang mempunyai
pekarangan luas. Minimnya lahan yang luas, sehingga menyulitkan mereka warga
jakarta yang ingin bercocok tanam, dan membudidaya ikan tidak mempunyai lahan
memadai. Mengutip data BPS, produksi PERIKANAN BUDIDAYA menurut provinsi dan
jenis BUDIDAYA, tahun 2021. Wilayah jakarta hanya menyumbang 3 sektor BUDIDAYA
PERIKANAN, pertama 35 Ton pada sektor jaring apung laut, kemudian kedua kolam
air tenang banyak 1.733 Ton, dan yang terakhir ketiga 476 Ton pada tambak semi
insentif. Berbeda dengan wilayah lainnya, yang hasil produksi PERIKANAN jauh lebih
besar. Minimnya lahan di wilayah Jakarta merupakan salah satu faktor kecilnya jumlah
produksi BUDIDAYA PERIKANAN. Pada tahun 2018 sebenarnya wilayah jakarta sudah mempunyai
solusi untuk ikut bersaing dalam memproduksi BUDIDAYA PERIKANAN. Hal Ini
terbukti dari adanya beberapa Instansi Pemenerintah, lebih tepatnya Dinas
Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta yang ikut menyuarakan dan
menggencarkan BUDIDAYA PERIKANAN dengan
menerapkan SISTEM BIOFLOK.
Hal
ini terbukti dari adanya para penyuluh yang memang datang ke lokasi PEMBUDIDAYA
secara langsung untuk memberikan edukasi mengenai BUDIDAYA. Selain itu, adanya
bantuan yang memang didatangkan langsung untuk membantu proses BUDIDAYA. SISTEM
BIOFLOK dipilih karena sistem ini dapat memanfaatkan pekarangan rumah yang
tidak luas menjadi kolam bundar, yang berukuran diameter 3, diameter 4, dan
seterusnya. Bayangkan, pada kolam diameter 3 saja yang berukuran kurang lebih 7
m3, jika dalam 1 m3 ditebar 120-150 ekor benih. Hasil panen BUDIDAYA bisa
mencapai 8-9 ton dari 1 kolam berukuran diameter 3. Kekurangan SISTEM BIOFLOK
ini adalah kebutuhan oksigen / udara dalam kolam harus terpenuhi secara merata
dan juga berkualitas. Mesin AERATOR yang menjadi pelaku utama dalam hal memasok
kebutuhan oksigen / udara dalam kolam. Meminang AERATOR dan DIFFUSER FINE
BUBBLE yang berkualitas, menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku BUDIDAYA
PERIKANAN. Selain akan dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang, AERATOR
dan DIFFUSER AERASI juga akan dioperasikan selama 24 jam nonstop. Sehingga memilihnya
pun harus teliti, jangan sampai terkecoh dengan harga murah, namun tidak
memiliki kualitas yang baik.
Untuk sekedar konsultasi dan bertanya ketersediaan
stock, bisa langsung menghubungi salah satu nomor what’sApp kami.
Untuk info lebih lanjut, kunjungi
link di bawah ini:
Untuk pemesanan, bisa di link
berikut ini:
Untuk kontak dan konsultasi lebih lanjut, hubungi
nomor what's app di: 08161633702 / 081317243812
Tidak ada komentar:
Posting Komentar