BUDIDAYA / TAMBAK UDANG umumnya
banyak kita jumpai di wilayah pesisir pantai, karena pada dasar nya hidup udang
harus menggunakan air laut. Namun tidak sedikit juga para PEMBUDIDAYA /
PETAMBAK yang mencoba dan bereksperimen agar udang tetap bisa di BUDIDAYAKAN
dengan menggunakan air tawar. Para PEMBUDIDAYA / PETAMBAK UDANG yang berada di
wilayah pesisir laut umumnya sudah termasuk pada ketagori BUDIDAYA TAMBAK SKALA
BESAR. Karena jika dilihat pada wilayah pesisir, para PETAMBAK UDANG
menggunakan lahan dengan luasan hingga 1 hektare (Ha) atau bahkan lebih. Siapa yang
tidak tergiur dengan usaha BUDIDAYA TAMBAK UDANG dengan luasan lahan yang
sangat besar. Pasal nya harga UDANG yang terus stabil, bahkan jika kondisi alam
sedang tidak menentu, harga komoditas ini di pasaran cenderung mengalami
kenaikan. Sebagai info, untuk saat ini harga UDANG VANAME di pasaran, per
kilohgram nya mencapai Rp. 70.000 – Rp. 180.000 / kilogram. Tergantung dari
jenis UDANG dan juga ukuran UDANG, bahkan ada beberapa penjual yang menjual
UDANG sudah dalam keadaan bersih tanpa kulit. Harga UDANG jika sudah bersih ini
tentu jauh lebih, yang biasa nya hanya sekitar Rp. 75.000 / kilo, namun jika
dalam keadaan bersih tanpa kulit mencapai Rp. 90.000 – Rp. 100.000 / kilogram
nya.
Dibalik
menggiurkannya BUDIDAYA TAMBAK UDANG di wilayah pesisir laut, tanpa disadari
ternyata memiliki dampak negatif. Dampak tersebut lebih dirasakan oleh warga
sekitar, terutama para nelayan yang mencari ikan di wilayah sekitar TAMBAK
UDANG. Mengutip pada laman tempo.co bahwa adanya pembangunan TAMBAK UDANG
dampak nya sangat dirasakan oleh nelayan sekitar. Salah satunya nelayan Nagari
Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, itu harus mencari ikan lebih
jauh darii bibir pantai. Sejak pembangunan TAMBAK UDANG, para nelayan tidak
menyadari akan merasakan dampak seperti ini. Seiring berjalannya waktu, dan
menurunnya hasil tangkapan, mereka baru menyadari bahwa menurunnya hasil tangkapan
erat kaitannya dengan adanya pembangunan TAMBAK UDANG. Hal ini tentunya sangat
merugikan bagi nelayan sekitar, bukan nya dari segi pendapatan yang menurun,
tetapi juga dari lokasi jarak, para nelayan harus menempuh lebih jauh untuk
bisa mendapatkan ikan.
Menurutnya,
keadaan ini terjadi karena adanya pembuangan sisa-sisa LIMBAH TAMBAK ke aliran
sungai, yang muara nya menuju ke lautan. Hal ini tentu akan merusakan ekologi
lingkungan wilayah pantai, sehingga ikan tidak lagi mau berada di wilayah
pesisir yang sudah tercemar air nya oleh LIMBAH TAMBAK. Pembangunan PENGOLAHAN
AIR LIMBAH TAMBAK memang wajib hukumnya, dalam hal ini stakeholder, dinas, dan
pemerintah setempat harus berupaya lebih keras lagi, untuk menyampaikan dan
memantau pembangunan PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAMBAK, khusus nya bagi mereka pelaku
usaha BUDIDAYA TAMBAK UDANG. Dengan begitu, wilayah pesisir laut ekosistem nya akan
terus terjaga, dan nelayan bisa kembali melakukan rutinitas seperti biasanya.
Untuk sekedar konsultasi dan bertanya ketersediaan
stock, bisa langsung menghubungi salah satu nomor what’sApp kami.
Untuk info lebih lanjut, kunjungi
link di bawah ini:
Untuk pemesanan, bisa di link
berikut ini:
Untuk kontak dan konsultasi lebih
lanjut, hubungi nomor what's app di: 08161633702 / 081317243812
Tidak ada komentar:
Posting Komentar